Menjelang HPN 2018 Museum Adityawarman Gelar Pameran, “Sejarah Pers Nasional di Minangkabau”.

Padang AP– Menjelang peringatan Hari Pers Nasional (HPN) tanggal 9 Februari 2018 mendatang, Museum Adityawarman Padang menggelar pameran “Sejarah Pers Nasional di Minangkabau”. Pameran yang akan dibuka Gubernur Sumbar itu Jumat (1/12) itu berupaya menyajikan paparan terbaik yang merangkum sejarah pers Minangkabau secara keseluruhan.

Demikian antaralain diungkapkan Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Adityawarman Adi Saputra, A.Mae, S.Sos kepada wartawan di Padang, Rabu (29/11). “Pameran yang terbagi ke dala 8 periodesasi ini mencakup jenis dan judul koran yang terbit dalam satu kurun waktu hingga alat-alat yang menunjang perkembangan pers zaman dahulu,” katanya.

Dijelaskannya, ke 8 periodesasi itu, terdiri dari periode awal, ketika surat kabar pertama diterbitkan, seperti Sumatra Courant, Padangzch Niews en Adventertentieblab, Padangsch Handelsblad dan Sumatra Bode. Keudian periode kedua (zaman bergolak), mayoritas koran dan majalah terbitan berbahasa melayu oleh orang Minang, Periode ke tiga 9zaman terbelenggu), semasa penjajahan tentara Jepang.

Selanjutnya Periode keempat (saat perjuangan), surat kabar dan majalan tidak berorientasi pada keuntungan, melainkan berupa alat enggelorakan semangat perjuangan, Periode ke lima(periode demokrasi liberal), berlangsung tahun 1950-1958 dimana koran Haluan dan Penerangan mendominasi pembacanya.

Pada periode ke enam (periode intervensi), periode dimana saat itu tengah berkecamuk perang PRRI yang kemudian disusul munculnya G30S. Pada oeriode ini muncul dua kelompok utama, satu Res Publica berorientasi kepada Partai Nasional Indonesia dan Penerangan menjadi anggota resmi PKI, kemudian Aan Makmur pro pemerintah daerah. Terkhir periode 7 merupakan periode intervensi dan periode ke 8, lebih cenderung bersifat keballasan.

Dari sekitar 96 buah koleksi yang akan ditampilkan selama pameran itu, 70 buah diantaranya terdiri dari surat kabar dari masa ke masa, 13 buah benda penunjang pers, seperti kamera, mesin tik, telpon, radio dan recorder). Kemudian dilengkapi dengan foto-foto Ketua PWI Sumbar dari masa ke masa, dokumentasi kegiatan kewartawanan Adinegoro, filateli serta buku dan piagam penghargaan lainnya.

“Museum yang memiliki tujuan dengan terselipnya unsur ‘kekinian dalam kekunoan’ ini dapat mengubah image museum yang monoton dan kaku. Dengan demikian, diharapkan mampu meningkatkan semangat dan antusiasme generasi muda berkunjung dan belajar di museum serta dapat menjadi sarana edukasi dan hiburan bagi seluruh pengunjung,” ujar Adi.

Menjawab pertanyaan wartawan terkait kegiatan atraksi seni dan budaya yang tidak diikutkan dalam kegiatan pameran ini., menurut Adi Saputra, hal ini memang sengaja untuk tidak ditampilkan, mengingat besarnya biaya penyelenggaraan untuk itu. Sehingga pihak panitia dalam hal ini UPTD Museum Adityawarman terpaksa tidak melaksanakannya.( Martawin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *