Walikota Padang Hadiri Tradisi”Serak Gulo”Di Masjid Muhammadan

17022447_1477585755584913_7052181626869831878_nPadang AP-Ribuan masyarakat mengikuti tradisi Serak Gulo yang diselenggarakan warga keturunan India di Masjid Muhammadan Pasar Batipuh, Kelurahan Pasa Gadang Kecamatan Padang Selatan, Senin (27/2/2017). Ritual ini merupakan pembuka Maulid Sahud Hamid yang diselenggarakan setiap 1 Jumadil Akhir, selama 10 hari.

Sebelum menebarkan gula terlebih dahulu dilaksanakan doa bersama usai shalat Ashar. Kemudian gula yang dibungkus kecil dengan kain berwarna-warni dimasukan ke dalam karung dan dibawa ke atas atap Masjid Muhamadan.

Walikota Padang H. Mahydi Ansharullah Dt. Marajo juga sangat antusias mengikuti prosesi Serak Gulo. Tanpa ragu, orang nomor satu Kota Padang ini naik ke atap masjid dibantu panitia dengan menggunakan tangga besi sederhana. Diikuti oleh Camat Padang Selatan Fuji Astomi dan bergabung dengan panitia lainnya.

Dari atas atap, Walikota Mahyeldi melemparkan gula dalam bungkusan warna-warni kepada ribuan masyarakat yang siap berebut di bawah. Bukan saja dari warga keturunan India tetapi berbaur dengan masyarakat lainnya. Bahkan diantara mereka terlihat beberapa turis asing yang ikut berebut gula.

“Ini tradisi yang unik sekaligus menarik bagi wisatawan, ” kata Mahyeldi usai pelaksanaan Serak Gulo.

Ia menambahkan, tradisi Serak Gulo adalah kekayaan budaya Kota Padang. Hanya ada di tiga negara, yaitu negara India, Singapura dan satu-satunya di Indonesia adalah di Kota Padang.

“Kita akan kemas tradisi ini menjadi festival yang dipadukan dengan kesepian-ksenian khas India dan budaya lokal sehingga menarik bagi wisatawan, ” ujarnya.

Ketua himpunan Keluarga Muhammadan Padang Ali Khan mengatakan, tradisi Serak Gulo merupakan bentuk penghormatan kepada Sahud Hamid, yang dikenal sebagai tokoh penyebar Islam di India.

“Nenek moyang kami dari daerah Nagor membawa tradisi ini ke Padang. Selama puluhan tahun tradisi ini terus kami pelihara dan menjadi aset wisata Kota Padang, ” sebutnya.

Menurut Ali, gula yang manis adalah filosofi dari kebaikan dan ilmu agama yang dibawa Sahud Hamid.

“Wujud syukur dari ilmu dan kebaikan yang didapat diekspresikan melalui berbagi gula, ” imbuhnya.

Adapun untuk tradisi ini, panitia mempersiapkan lebih kurang 4 ton gula. (Hms)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *