Menpora Tanda Tangani Prasasti Bela Tanah Air, Semoga Jadi Kawah Lahirnya Generasi Islam

Jakarta,AP– Menpora Imam Nahrawi bersama Aktivis Islam Yeni Wahid dan disaksikan oleh Mursyid Thoriqoh Qoddiriyyah Naqsyabandiyyah Syekh Muhammad Abdul Gaos Syaefulloh, pendiri Ponpes Jagad Arsy KH Budi Rahman Hakim, pembina Ponpes Jagad Arsy KH Muhammad Napis hari Sabtu (12/1) pagi menandatangani Prasasti tentang Pesantren Bela Tanah Air di Aula Sidrotilmuntaha Pondok Pesantren Peradaban Dunia Jagad Arsy, Serpong, Tangerang Selatan, Banten.
“Saya senang bangga dan bersyukur karena bisa sowan dan bersilaturahmi, semoga ini membawa keberkahan pada kita semua dan anak cucu kita, dan tempat ini menjadi kawah candradimuka lahirnya generasi islam, generasi Qur’ani yang kelak akan melanjutkan dan mengikuti jejak-jejak kita karena tantangan ke depan lebih berat dari hari ini,” kata Menpora.
Menurutnya, tantangan kedepan bangsa Indonesia dengan bermacam kemudahan betul-betul menjadi tantangan, kedepan kita doakan agar anak kita tetap menjadi santri yang akan terus melanjutkan perjuangan bangsa.”Kedepan jika tidak istiqomah maka bukan majelis taklim, majelis toriqoh yang ada tapi yang lain mari kita mohon doa semoga anak kita bisa mengikuti jejak perjuangan bangsa kita,” tambahnya.
Atas nama pemerintah Menpora juga ingin menyampaikan terima kasih atas dukungan dan doa dari masyarakat Indonesia termasuk masyarakat di Tangerang Selatan ini karena hajat Asian Games dan Asian Para Games 2018 berjalan lancar.
“Terima kasih dan terima kasih atas doa dan dukungan bapak ibu semua hajat Asian Games, Asian Para Games 2018 sukses penyelenggaraan dan sukses prestasi dengan raihan membanggakan dari target 16 menjadi 32 medali emas dan sebelum penutupan Asian Games bonusnya langsung diberikan langsung kepada atlet atas perintah Presiden Joko Widodo,” kenangnya.
Sementara di tempat yang sama Aktivis Islam Yeni Wahid menyampaikan tradisi silaturahmi ini adalah tradisi yang baik. “Alhamdulillah saya senang sekali bisa datang ke acara ini bersilaturahmi dan tradisi ini saya tahu dari abah saya Gusdur (Abdurahman Wahid) beliau sangat dekat dengan abah Anom ini,” tuturnya.
“Bapak ibu semua membawa beban berat untuk menjaga keutuhan bangsa ini tapi bahkan juga dunia ini karena dimana mana sedikit konflik gampang menyulut peperangan, untuk itu untuk mendinginkan hati itu semua adalah dengan doanya orang-orang yang tulus seperti bapak ibu semua dengan mengingat Allah meminta agar diberikan kebaikan dunia akhirat,” kata putri Gusdur ini.
“Dengan perbedaan yang banyak kita diakui dunia bisa bersatu padu, acara semacam ini mengingatkan saya khususnya untuk mengingat akhirat karena hidup hanya ada dua hal yakni cinta dan ibadah semua dapat kita temukan di acara ini semoga acara ini akan lebih banyak untuk tetap membangun persatuan dan kesatuan bangsa dan negara,” tutupnya. (hms Kemenpora)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *